Manusia Sejatinya Serigala


HOMO HOMINI LUPUS
(Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya)


Sewaktu mempelajari Hak Asasai Manusia kala SMP dulu, filsafat Thomas Hobbes menjadi sangat familiar. Jauh sebelum sinetron Ganteng-Ganteng Serigala muncul, serigala menjadi penokohan yang penuh karakter.

Thomas Hobbes lahir pada 5 April 1588 di Malmesbury, Wiltshire, Inggris. Dari sekian banyak hasil pemikirannya, salah satu yang terkenal adalah Teori Homo Homini Lupus yang artinya 'Manusia bisa jadi serigala bagi sesamanya'

Teori ini muncul karena :
  • Menurut Hobbes, secara alamiah manusia punya naluri kekerasan. Menurutnya kekerasan terjadi karena tidak tersalurnya naluriah (harapan, keinginan atau kehendak) yang berlebihan itu.
  • Menurut Hobbes manusia pada dasarnya hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, segala tindakan manusia mengarah pada pemupukan kekuasaan dan hak milik sehingga akan menjurus pada perang antara semua lawan semua.
  • Menurut Hobbes untuk mempertahankan kelangsungan hidup - yang didasarkan pada rasa takut terhadap kematian yang kejam -- adalah satu-satunya klaim moral yang dapat dibenarkan.
  • Di masanya ia melihat adanya kesewenang-wenangan terhadap golongan yang lemah, sehingga perlu adanya peran negara untuk mencegah ini.
  • Ia melihat masyarakat di masanya sungguh-sungguh persis seperti binatang, karena mereka saling memakan. Mereka tidak lagi memegang nilai-nilai seperti kejujuran dan kebenaran serta keadilan dan kepedulian pada eksistensi orang lain.

Secara pribadi, aku sangat setuju dengan pemikiran Hobbes tersebut. Sudah lebih setengah abad teori itu muncul, tapi perilaku manusia masih tetap sama. "Kenapa manusia harus tamak?", pertanyaan itu selalu bergumam dibatinku.


Terkadang aku juga berpikir,
Jika kekayaan menjadi tujuan hidup manusia, maka seorang pengemis pun punya banyak kekayaan meski ia harus menyampingkan harga diri dan meminta ke orang lain
Jika kecerdasan menjadi tujuan hidup manusia, maka William James Sidis yang menjadi orang terpandai sepanjang masa melebihi Einsten tidak akan kesepian dan meninggal dalam keadaan memprihatinkan.
Jika cinta menjadi tujuan manusia, maka kenapa harus ada orang yang menduakan kekasihnya?

Posting Komentar

0 Komentar